Selasa, 10 Juli 2012

Tenun Ikat Sumba Diusulkan Menjadi Warisan Budaya Tak benda ke UNESCO


SBY dengan Kain Tenun Ikat
JAKARTA, (PRLM) - Pemerintah mengusulkan Tenun Ikat Sumba sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO pada 2013. Pertimbangan dari pengusulan ini antara lain pertimbangan kemanfaatan yang akan diterima masyarakat, baik manfaat perlindungan, pelestarian, pengembangan, maupun manfaat pendapatan bagi masyarakat setempat.
“Saya memohon dukungan dari rakyat Indonesia untuk tenun ikat ini,” ujar Wakil Mendikbud bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti pada sela-sela diskusi mengenai pengusulan tenun ikat Sumba sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO pada 2013, bertempat di Gedung A Kemdikbud Senayan, Jakarta, Senin (16/4/12) sore.
Tampak hadir, Ketua Cita Tenun Indonesia Ny. Okke Hatta Rajasa, Direktur UNESCO Jakarta Office Hubert Gijzen, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman.
Menurut Wiendu, usulan ini diterima oleh UNESCO, sekitar sepuluh hari lalu. Dikatakan pula bahwa melalui pengusulan dan penetapan oleh UNESCO diharapkan dapat mencegah kepunahan tenun ikat Sumba.
Wiendu menuturkan, seperti halnya batik yang fenomenal dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda UNESCO sebelumnya (2009), Tenun Ikat Sumba ini juga diharapkan memiliki dampak ekonomi penting, seperti “demam tenun” di kalangan masyarakat perajin.
Wamendikbud mengatakan, pemilihan Tenun Ikat Sumba tersebut karena dianggap mewakili tradisi pertenunan di Indonesia. Selain itu, tenun ikat Sumba memiliki keunikan dan kekhasan pada proses pembuatannya yang memakan waktu lama karena mengggunakan alat tenun tradisional (gedogan), mengandung nilai-nilai estetis, spiritual, sosiologis dan budaya yang tinggi. Pun, pembuatannya yang membutuhkan konsentrasi tinggi, teknik pewarnaan dengan menggunakan bahan-bahan alami, serta proses transfer pengetahuan tenun yang masih berjalan, namun sangat lambat.
Dijelaskan, tenunan dikembangkan oleh suku bangsa yang terdiri atas berbagai kelompok keluaraga (klan) di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di sebagian besar wilayah Indonesia lainnya. Tenun menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat NTT yang nilai-nilai maupun teknik pembuatannya diajarkan secara turun-temurun, spiritual, sosial kemasyarakatan, dan ekonomi.
Seni tenun dilestarikan di setiap klan pada tiap suku bangsa di NTT. Seniman tenun ikat sebagain besar merupakan wanita di setiap keluarga inti (nuclear family), namun bisa juga laki-laki apabila dalam keluarga inti itu tidak memiliki anak perempuan. Dalam mekanisme transmisi pengetahuan menenun, peran utama dipegang oleh wanita, yakni nenek atau ibu di keluaraga inti setiap klan.
Berdasarkan catatan, secara umum kain tenun ikat berfungsi antara lain sebagai busana sehari-hari yang merupakan pelindung dan penutup tubuh, sebagai pelengkap dalam upacara ritual adat yang berkaitan dengan daur hidup sejak lahir, menikah, dan meninggal (life cycle).

Sementara itu, untuk 2012, Noken Papua diharapkan dapat diratifikasi dan selanjutnya menjadi warisan budaya takbenda UNESCO. (A-94/A-108)***


Minat Hub : 085717423677 (WA) / 081211619177 / PIN : 75637A3F

Tidak ada komentar:

Posting Komentar